Monday, 13 September 2021

ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA (ASFIKSI dengan tindakan RESUSITASI)

 ASKEB NEONATUS , BAYI DAN BALITA (ASFIKSI dalam tindakan RESUSITASI)

  1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi asfiksia bayi baru lahir.

  2. Mahasiswa mampu menjelaskantentang gawat janin.

  3. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab asfiksia

  4. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala asfiksia.


  1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apgar score.

  2. Mahasiswa mampu melakukan  penilaian untuk selanjutnya membuat keputusan tindakan resusitasi.

  3.  Mahasiswa mampu melakukan resusitasi bayi baru lahir.

  4. Mahasiswa mampu melakukan asuhan pasca resusitasi.

  5. Mahasiswa mampu membuat dokumentasi dalam bentuk pencatatan dan pelaporan.

  • Metode Pembelajaran : Demonstrasi

  1. DEFINISI ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2003)


  1. GAWAT JANIN

Banyak penyebab gangguan sirkulasi utero-plasenter yang akan menimbulkan asfiksia pada bayi baru lahir. Berkurangnya pasokan oksigen atau hipoksia selama bayi masih didalam rahim akan ditampilkan melalui tanda dan gejala gawat janin.  



GAWAT JANIN


DEFINISI GAWAT JANIN


Keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup

TANDA DAN GEJALA GAWAT JANIN


Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda:

  • Frekwensi DJJ kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.

  • Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per hari ).

  • Air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan (jika bayi lahir dengan letak kepala)

PENCEGAHAN GAWAT JANIN


  • Gunakan partograf untuk memantau kondisi dan kemajuan persalinan. 

  • Anjurkan ibu sering berganti posisi selama persalinan. Ibu hamil yang berbaring terlentang dapat mengurangi aliran darah atau oksigen ke janinnya. 


CARA MENGIDENTIFIKASI GAWAT JANIN DALAM PERSALINAN  


  • Periksa frekwensi  bunyi jantung janin setiap 30 menit  pada Kala I dan setiap 15 selama kala II.

  • Periksa ada / tidaknya air ketuban bercampur mekonium ( warna kehijauan ). 


PENANGANAN GAWAT JANIN

Bila terdapat tanda gawat janin

  • Tingkatkan pasokan oksigen ke janin dengan cara berikut :

  • Mintalah si ibu merubah posisi tidurnya.

  • Berikan cairan kepada ibu secara oral atau IV.

  • Berikan oksigen.

  • Periksa kembali denyut jantung.

Bila frekwensi bunyi jantung janin masih tidak normal setelah 3 kali pemantauan.

  • RUJUK

  • Bila merujuk tidak mungkin, persiapkan untuk menolong BBL dengan asfiksia


Catatan : Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring kesisi kiri untuk meningkatkan aliran oksigen ke janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah maupun oksigen melalui plasenta lalu ke janin. Bila posisi miring ke kiri tidak membantu. Coba posisi yang lain ( miring ke kanan, posisi sujud ). Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati gawat janin.

  1. PENYEBAB ASFIKSIA

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat daan bayi berikut ini:

Faktor ibu

  • Preeklampsia dan eklampsia

  • Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

  • Partus lama atau partus macet

  • Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

  • Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

Faktor Tali Pusat

  • Lilitan tali pusat

  • Tali pusat pendek

  • Simpul tali pusat

  • Prolapsus tali pusat

Faktor Bayi

  • Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

  • Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

  • Kelainan bawaan (kongenital)

  • Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

  1. TANDA DAN GEJALA ASFIKSIA

  • Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

  • Warna kulit kebiruan

  • Kejang

  • Penurunan kesadaran


  1. APGAR SCORE

Apgar Score adalah  tes awal yg dilakukan pada 1 menit dan 5 menit  pertama setelah kelahiran. 1 menit menilai seberapa baik bayi menghadapi kelahiran. 5 menit melihat adaptasi bayi dengan lingkungan baru.

Ratingnya berdasarkan total score 1 sampai 10, 10 berarti bayi paling sehat.


Tanda

Angka penilaian

Jumlah nilai

0

1

2

1 Menit pertama

5 Menit pertama

Appearance

(Warna kulit)

Biru/pucat

Tubuh kemerahan, ekstremitas biru

Tubuh dan ekstremitas kemerahan



Pulse

(Denyut jantung)

Tidak ada

Lambat <100

> 100



Grimace

(Respons refleks)

Tidak ada

Lambat /  tidak teratur

Menangis kuat



Activity

(Tonus otot/keaktifan)

Lemas

Ekstremitas fleksi sedikit

Gerakan aktif



Respiration

(Pernapasan) 

Tidak ada

Lambat, tidak teratur

Baik, menangis



Klasifikasi dapat dibagi dalam :

a.  Asfiksia Ringan : Skor APGAR 7-10.

b.  Asfiksia Sedang : Skor APGAR 4-6. 

c.  Asfiksia Berat :Skor APGAR 0-3.


  1. PENILAIAN UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN TINDAKAN RESUSITASI.

Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk membuat keputusan tindakan resusitasi

PENILAIAN

Sebelum bayi lahir :

  • Apakah kehamilan cukup bulan?

Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah :

  • Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala?

Segera setekah bayi lahir (jika bayi cukup bulan)

  • Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap-megap atau tidak bernafas?

  • Apakah bayi lemas atau lunglai?

KEPUTUSAN

Memutuskan tindakan resusitasi apabila :

  • Air ketuban bercampur mekonium

  • Bayi tidak menangis atau bernafas megap-megap.

  • Bayi lemas atau lunglai

TINDAKAN

Segera lakukan tindakan apabila :

  • Bayi tidak cukup bulan, bayi tidak menangis atau bernafas megap-megap atau lemas

Lakukan langkah-langkah resusitasi bayi baru lahir

  • Air ketuban bercampur mekonium :

Lakukan resusitasi dengan menejemen air ketuban bercampur mekonium



  1. RESUSITASI BAYI BARU LAHIR.

TAHAP I : LANGKAH AWAL

Langkah awal perlu dilakukan segera cepat (dalam waktu 30 detik). Secara umum 6 langkah awal ini cukup untuk merangsang bayi baru lahir untuk bernafas spontan dan teratur.

  1. Jaga bayi tetap hangat

  • Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu atau dekat perineum.

  •  Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.

  •  Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi.

  1. Atur posisi bayi.

  • Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong. 

  • Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.

  1. Isap Lendir.

Gunakan alat penghisap lendir Dee Lee atau bola karet.

  • Pertama, isap lendir didalam mulut, kemudian baru hisap lendir di hidung.

  • Hisap Lendir sambil menarik keluar penghisap (bukan pada saat memasukkan)

  • Bila menggunakan penghisap lendir DeLee,  jangan memasukkan ujung penghisap terlalu dalam (lebih dari 5cm kedalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam  hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti nafas.


  1. Keringkan dan rangsang bayi.

  • Keringkan  bayi  mulai  dari  muka,  kepala  dan  bagian  tubuh  lainnya  dengan  sedikit  tekanan. Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernapas atau tetap bernapas. 

  • Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini : 

  • Menepuk atau menyentil telapak kaki

  • Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.

  1. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi

  • Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang batu (disiapkan).

  • Bungkus  bayi  dengan  kain  tersebut,  jangan  menutupi  muka  dan  dada  agar  bisa  memantau pernapasan bayi.

  • Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi. 

  1. Lakukan Penilaian Bayi 

  • Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau bernapas megap-megap ? 

  • Bila bayi bernapas normal, berikan bayi kepada ibunya : 

  • Letakkan bayi di atas dada ibu dan selimuti keduanya untuk penghangatan dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu.

  •  Anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil membelainya.  

  • Bila bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap, segera lakukan tindakan ventilasi bayi.


  1. ASUHAN PASCA RESUSITASI.

Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan :

  1. Resusitasi berhasil

Resusitasi berhasil bila pernafasan bayi teratur, bayi menangis, warna kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan tonus otot atau bergerak aktif. Asuhan selanjutnya adalah :

Konseling.

  • Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan dan jawab setiap pertanyaan yang diajukan.

  • Ajarkan ibu cara menilai pernafasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi (metode Kangguru). Bila ditemukan kelainan segera hubungi penolong.

  • Anjurkan  ibu segera memberikan ASI kepada bayinya.bayi dengan gangguan nafas perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok energi yang dibutuhkan. 

Lakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk :

  • Berikan vit K, Antibiotik salep dan imunisasi hepatitis B.



Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam pertama

  • Perhatikan tanda-tanda bayi kesulitan bernafas (tarikan intercostae, bernafas megap-megap, frekuensi nafas <30 kali atau >60 kali per menit, bayi kebiruan atau pucat dan bayi lemas).

Jaga agar bayi tetap hangat dan kering.

Tunda memandikan bayi hingga 6-24 jam setelah lahir (perhatikan temperatur bayi).

  1. Bayi  perlu rujukan

Bila bayi pascaresusitasi keadaanya memburuk, segera rujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

Konseling.

  • Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk dan jawab setiap pertanyaan yang diajukan.

  • Persiapkan sarana transportasi dan minta suami atau keluarga untuk mendampingi ibu dan bayinya selama perjalanan ke tempat rujukan.

  • Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama perjalanan ke tempat rujukan.

  1. Resusitasi tidak berhasil.

Bila bayi gagal bernafas setelah 20 menit tindakan resuaitasi dilakukan maka hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi dan berikan dukungan moral sesai adat dan budaya setempat.


  1. PENCATATAN DAN PELAPORAN.

  1. Identitas ibu, tempat dan waktu persalinan.

  2. Kondisi bayi saat lahir  

  3. Waktu dan langkah resusitasi 

  4. Hasil resusitasi 

  5. Keterangan rujukan apabila dirujuk.

MODUL 2 PELAYANAN ANC PADA MASA PANDEMI COVID-19

MODUL 2 PELAYANAN ANC PADA MASA PANDEMI COVID-19






KOMUNIKASI DALAM KEBIDANAN

KOMUNIKASI DALAM KEBIDANAN

Dalam berinteraksi, manusia membutuhkan kemampuan berkomunikasi agar apa yang ingin disampaikan dapat diterima orang lain. Seorang bidan wajib memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik mengingat dalam melaksanakan tugasnya, bidan harus berinteraksi langsung dengan kliennya. Bidan, sebagai bagian dari tim kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan, perlu memahami konsep dan bentuk-bentuk komunikasi sebagai dasar dalam berkomunikasi untuk melancarkan pelaksanaan tugas sehari-hari serta mengembangkan kepribadiannya.  SILAHKAN DOWNLOAD materi dibawah ini : Pertemuan 1a Konsep Komunikasi Dalam Kebidanan, sarjana dan Pertemuan 1b Teori Komunikasi

Sumber : PPSDM Komunikasi dalam Praktik  Kebidanan,